Rabu, 17 Februari 2010

surat untuk sahabat

Hai teman,
Kamu jangan marah ya, aku bersikap aneh. Maafkan aku karena aku menyarankan agar engkau tidak berusaha mendekatiku, maafkan aku. Telalu banyak rahasia dan aku belum siap ketika semuanya harus terungkap.
Tapi sebelum aku cerita padamu tolong bacalah prolog ini dulu, dan berilah komen mu?
Orang tua Nita akan bercerai. Hal ini sudah lama terasa, tapi kini benar-benar terjadi. Nita nggak mau bicara tentang perceraian ini. Sulit bagi Nita membicarakannya karena ia merasa malu. Juga, ia menganggap membicarakan hal itu nggak akan mengubah apapun. Jadi buat apa? Ia nggak mau mengusik “wilayah itu”. Dia malah nggak yakin apa yang dia takutkan, tapi dia yakin, kalau dia membicarakan masalah perceraian itu, dia bakal merasa sedih. Lagi pula, membicarakan perceraian kedua orang tuanya membuat hal itu jadi nyata, Padahal saat ini ia cuma merasa seperti sedang menyaksikan sebuah film tentang hidupnya-sepertinya semua ini nggak benar-benar terjadi. Jadi ia menarik diri, mengeraskan bibir atasnya (juga seluruh tubuhnAya), serta terus berjalan dengan susah payah. Salah satu peristiwa paling traumatis dan menyedihkan dalam hiduypnya berlalu tanpa pernah diucapkan.

Bagaimana kisah itu? Tragis dan mengenaskan!
Ya, seperti itulah, aku, aku juga mengenaskan. Aku memang tidak mengalami hal seperti Nita, tapi merasakan hal yang dirasakan oleh Nita. Salah satu peristiwa paling traumatis dan menyedihkan dalam hidupku berlalu tanpa pernah terucapkan.

Ya, saat Bapakku menutup mata untuk selama-lamanya, aku hanya memandang tanpa perasaan. Tak setetes air mata pun yang sanggup keluar dari mataku. Aku malah berusaha menguatkan Ibuku, dan keluargaku. Aku sama-sekali nggak bisa menangis. ataukah aku benar-benar telah ikhlas? Dan juga aku tahu menangisi yang telah meninggal itu nggak baik? Aku tak tau. Dan sekarang aku baru sadar sebenarnya saat itu aku sedang mengalami pukulan terberat dalam hidupku. Aku kehilangan orang yang paling kusayang, paling terdekat, dan yang paling mengerti aku. Namun aku mengingkarinya kala itu, aku sama seperti Nita yang menganggap semua itu hanya mimpi buruk atau sinetron yang sedang kutonton.

Dan hari-hariku pun berlalu tanpa warna. Aku menyibukkan dengan semua kegiatan yang bisa membuatku melupakan rumah dan semuanya. Aku jarang pulang ke rumah saat itu, terlalu banyak kenangan yang tak bisa kulupakan di rumah. Dan aku ingin melupakan semua kenangan buruk itu. Sama seperti Nita, aku menjadi terlalu introvert. Aku tak pernah mengungkit-ungkit masalah itu. Telau menyakitkan. Toh, ketika aku cerita, tak ada yang berubah, aku akan tetap saja aku kehilangan beliau. Itulah yang membuatku seperti yang kamu kenal selama ini. Sosok yang aneh.

Namun aku sadar, aku harus berubah, sampai kapan aku akan kuat seperti ini. aku tahu ketika aku masih menyimpan luka-luka itu dalam hati, suatu saat masalah itu akan menyeruak lagi dan itu akan tetap menyakitiku, padahal semua telah berlalu. Bahkan, sampai saat aku menulis ini, aku masih sulit membicarakannya karena hatiku masih terasa kebas. Namun, aku juga takut rasa sakit dan pedih itu akan merembes keluar tanpa kusadari. Aku yakin luka di hati nggak bisa hilang secara ajaib-dan aku memilih untuk memmbicarakan, mengucapkan, membagi nyeri emosionalku ini.

Aku hanya berharap dengan membiarkan kamu mengetahui yang aku alami ini dapat membantuku untuk mengurangi nyeri emosional yang kualami. Aku harap semua akan lebih baik.

Oke, untuk saat ini, hanya itu yang bisa ku share kan…masih banyak misteri dari seorang aku, aku juga belum tahu kapan lagi aku akan berani untuk cerita kisahku yang lain. Yang jelas aku butuh waktu dan aku masih memilih orang-orang yang bisa kupercayai.

Aku juga berharap, setelah ini kamu tak akan berubah! Aku tak ingin kamu mengasihani aku. dan aku hanya bisa menawarkan persahabatan karena mungkin aku nggak ingin merasakan kehilangan lagi, setidaknya untuk saat ini.
Terima kasih ya teman,,,,


Salam,


Teman aneh mu